Malam itu pada pukul 7.30 pm.
Aku keluar dari tempat kerjaku dan berjalan menuju Stasiun Palmerah, dari jarak kurang lebih 100 meter terdengar suara klakson Commuter Line yang sangat keras, dan sang announcer PPKA pun sudah menyebutkan Semboyan Lima yang artinya kereta sudah diperbolehkan untuk berangkat.
"Hosshh...ketinggalan dah gw" gerutuku pelan, yang saat itu baru saja sampai di pintu masuk stasiun.
Saat itu suasana stasiun Palmerah terlihat sedikit sepi karena kereta Commuter Line yang baru saja lewat sudah 85% berhasil membawa penumpangnya masuk kedalam.
"15 menitan lagi kereta berangkat dari stasiun Tanah abang, yoshh, pasti masih rame banget nih, naik gak yaaa, atau nunggu sampe sepi dulu kali ya.." gumamku dalam hati sambil bersandar diujung peron tepat dibawah lampu stasiun yang sedikit redup.
Aku memang sudah terbiasa berjalan sendirian kemanapun yang aku mau, selama aku masih merasa aman dan nyaman aku akan tetap berjalan sendirian. Karena menurut aku, berjalan sendiri itu bukan suatu hal yang dianggap kesepian, berjalan kemanapun sendirian saat berada ditempat orang atau ditempat yang baru kita kunjungi itu suatu hal yang sangat menantang dan menyenangkan bagiku .
Bahkan sering sekali aku lupa waktu hanya karena ingin sendiri, menikmati suasana malam di area stasiun, mengamati orang banyak, mengamati kereta-kereta yang melintas, mendengarkan dengan jelas suara announcer yang memberitahukan informasi tentang keberangkatan kereta selanjutnya, melihat petugas Cleaning Service membersihkan area stasiun, memperhatikan cara kerja petugas PKD di area peron stasiun, bahkan sampai hafal semua wajah PKD yang bertugas distasiun itu, kalau sampai larut malam biasanya aku mengajak ngobrol salah satu PKD paruhbaya yang sering duduk di area peron 1, sampai kami akrab dan dia sering berbicara banyak tentang keluarganya.
Setelah waktu menunjukan pukul 9.15 pm aku melihat suasana di area stasiun sudah sangat sepi, inilah keadaan yang sangat aku sukai. Kereta pun datang dari arah Stasiun Tanah abang dengan melaju sangat cepat.
"Pak, Saya naik kereta ini yaa, kayaknya udah sepi deh." ucapku kepada bapak PKD yang dari tadi mengobrol denganku.
"Oh iya neng, hati-hati ya neng dijalannya." Jawab bapak PKD paruhbaya itu sambil berdiri dan mengamankan area peron.
Aku mengangguk dan tersenyum sambil melangkah menuju gerbong 3 kereta dari belakang, Ya seperti yang pernah aku bilang gerbong 3 adalah gerbong kesukaanku.
"Nomor yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan...blablablabla" Suara operator perempuan dari salah satu provider yang aku hubungi terdengar sangat lembut dan manis namun sangat menjengkelkan bagiku pada malam itu.
"duhh..kok nomor mamah gak aktif ya, bentar lagi udah mau sampe serpong nih" Cemasku.
Karena sudah menjadi suatu kebiasaanku saat dalam perjalanan pulang harus mengabari orang rumah sebelum sampai distasiun akhir, biasanya bapakku lah yang menjemputku di stasiun akhir perjalananku yaitu stasiun Parungpanjang.
Berulang kali aku menghubungi orang rumah dan masih tetap terdengar suara perempuan yang menyebalkan.
Setibanya distasiun Parungpanjang pada pukul 10.20 pm. Kecemasanku semakin menjadi-jadi, karena kalau sampai bapakku tidak menjemputku, aku tidak tahu harus pulang dengan apa dan siapa. Karena saat pulang kerja, aku jarang sekali mendapatkan uang lebih di saku ku. Uang yang orangtuaku beri selalu pas-pasan dan sudah di perhitungkan dengan tepat. Jadi kalo ingin ada uang sisa di saku ku, aku harus berhemat atau setidaknya tidak makan siang di tempat kerja.
Saat aku berjalan menuju pintu keluar dan menuju ke arah tempat biasa bapakku menjemputku, aku sangat berharap bapakku sudah ada disana dengan jaket tebalnya dan masker kupu-kupunya.
Tap..tap..tap..tap..!
Suara sepatuku berdetap saat berlari dengan rasa khawatir.
"Yoooshh... bapak belum ada kaaaan ðŸ˜, gimana iniiii.." gerutuku kesal.
Langsung saja aku mengambil ponselku dan kembali mencoba menelepon orang rumah.
Dan yang terdengar masih suara operator perempuan yang menyebalkan.
"Neng, mau kemana neng..hayu neng ngojek aja neng!!!" Ajak salah satu ojek pangkalan yang selalu mangkal di area stasiun itu.
"Enggak bang, mau dijemput" jawabku singkat.
"Udah jam segini mah mana dijemput neng, udah tidur kali neng, ayolah sama abang aja." Timpal abang ojek yang menurutku sangat membuat tidak nyaman dan menambah rasa cemasku saat itu.
Aku sangat ingat pesan mamah dan bapakku untuk tidak naik ojek saat pulang malam karena pada saat itu sedang marak sekali terjadinya kasus penculikan dan pemerkosaan.
"Tiiin..tiinnn...tiinn.."
Terdengar suara klakson motor yang sangat lemah dengan sorotan lampu yang sangat redup dari ujung jalan. Terlihat olehku motor tua dengan sosok laki-laki paruhbaya diatasnya dibalut dengan jaket tebal yang usang dan masker kupu-kupu andalannya. Ya, itulah bapakku.
"Tehh..tehhh..duhh bapak sama mamah ketiduran nungguin telepon teteh dari jam 8 gak ada aja, kirain pulang jam 1 lagi" ucap bapakku saat menghampiriku dengan motor tuanya.
"Icha tadi abis selesai sift tidur dulu pak di mess, trus sengaja nungguin kereta sepi dulu, soalnya biar bisa duduk pak, udah capek banget soalnya." jawabku lemas
"ohhh..yaudah atuh hayu pulang" Timpal bapakku dengan logat bahasa Tangerangnya yang kental.
Setibanya dirumah sekitar jam 11.00 pm.
Benar saja, mamah dan adikku sudah sangat pulas tertidur, karena pada saat itu mamah juga seorang pekerja buruh pabrik sekaligus ibu rumah tangga, jadi sangat lebih lelah baginya untuk menambah ekstra waktu menungguku pulang kerumah.
Seperti biasa, dirumah kontrakan ini kita semua tidur secara bersama diruang tengah dengan alas kasur busa dan beberapa kasur lantai seadanya yang disejajarkan dengan beberapa bantal dan guling yang sudah menua bahkan ada beberapa bantal dan guling yang katanya seusia denganku. Wahh..kebayangkan betapa nyamannya bantal dan guling yang sudah tua itu saat dipakai.
"Teh, udah pulang?" Tanya mamahku dengan nada lirih dan sangat lelah sepertinya.
"Udah mah, barusan." Jawabku sambil berganti pakaian dengan pakaian tidur.
"Udah makan belum? noh ada Chicken dilemari disisain sama dede buat teteh makan katanya."Lanjut mamahku.
"Iya mah, ini mau makan."jawabku sambil berjalan menuju dapur.
Adikku ini memang sangat suka sekali dengan goreng ayam yang diselimuti tepung alias "chicken". Karena semua anggota dirumah ini jarang ada yang dirumah, jadi untuk makanan sehari-hari kita lebih sering beli diluar dan dimakan bersama dirumah, biasanya mamah beli lauk pauk di warteg atau beli chicken kesukaan adikku.
(Bersambung)
Aku keluar dari tempat kerjaku dan berjalan menuju Stasiun Palmerah, dari jarak kurang lebih 100 meter terdengar suara klakson Commuter Line yang sangat keras, dan sang announcer PPKA pun sudah menyebutkan Semboyan Lima yang artinya kereta sudah diperbolehkan untuk berangkat.
"Hosshh...ketinggalan dah gw" gerutuku pelan, yang saat itu baru saja sampai di pintu masuk stasiun.
Saat itu suasana stasiun Palmerah terlihat sedikit sepi karena kereta Commuter Line yang baru saja lewat sudah 85% berhasil membawa penumpangnya masuk kedalam.
"15 menitan lagi kereta berangkat dari stasiun Tanah abang, yoshh, pasti masih rame banget nih, naik gak yaaa, atau nunggu sampe sepi dulu kali ya.." gumamku dalam hati sambil bersandar diujung peron tepat dibawah lampu stasiun yang sedikit redup.
Aku memang sudah terbiasa berjalan sendirian kemanapun yang aku mau, selama aku masih merasa aman dan nyaman aku akan tetap berjalan sendirian. Karena menurut aku, berjalan sendiri itu bukan suatu hal yang dianggap kesepian, berjalan kemanapun sendirian saat berada ditempat orang atau ditempat yang baru kita kunjungi itu suatu hal yang sangat menantang dan menyenangkan bagiku .
Bahkan sering sekali aku lupa waktu hanya karena ingin sendiri, menikmati suasana malam di area stasiun, mengamati orang banyak, mengamati kereta-kereta yang melintas, mendengarkan dengan jelas suara announcer yang memberitahukan informasi tentang keberangkatan kereta selanjutnya, melihat petugas Cleaning Service membersihkan area stasiun, memperhatikan cara kerja petugas PKD di area peron stasiun, bahkan sampai hafal semua wajah PKD yang bertugas distasiun itu, kalau sampai larut malam biasanya aku mengajak ngobrol salah satu PKD paruhbaya yang sering duduk di area peron 1, sampai kami akrab dan dia sering berbicara banyak tentang keluarganya.
Setelah waktu menunjukan pukul 9.15 pm aku melihat suasana di area stasiun sudah sangat sepi, inilah keadaan yang sangat aku sukai. Kereta pun datang dari arah Stasiun Tanah abang dengan melaju sangat cepat.
"Pak, Saya naik kereta ini yaa, kayaknya udah sepi deh." ucapku kepada bapak PKD yang dari tadi mengobrol denganku.
"Oh iya neng, hati-hati ya neng dijalannya." Jawab bapak PKD paruhbaya itu sambil berdiri dan mengamankan area peron.
Aku mengangguk dan tersenyum sambil melangkah menuju gerbong 3 kereta dari belakang, Ya seperti yang pernah aku bilang gerbong 3 adalah gerbong kesukaanku.
"Nomor yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan...blablablabla" Suara operator perempuan dari salah satu provider yang aku hubungi terdengar sangat lembut dan manis namun sangat menjengkelkan bagiku pada malam itu.
"duhh..kok nomor mamah gak aktif ya, bentar lagi udah mau sampe serpong nih" Cemasku.
Karena sudah menjadi suatu kebiasaanku saat dalam perjalanan pulang harus mengabari orang rumah sebelum sampai distasiun akhir, biasanya bapakku lah yang menjemputku di stasiun akhir perjalananku yaitu stasiun Parungpanjang.
Berulang kali aku menghubungi orang rumah dan masih tetap terdengar suara perempuan yang menyebalkan.
Setibanya distasiun Parungpanjang pada pukul 10.20 pm. Kecemasanku semakin menjadi-jadi, karena kalau sampai bapakku tidak menjemputku, aku tidak tahu harus pulang dengan apa dan siapa. Karena saat pulang kerja, aku jarang sekali mendapatkan uang lebih di saku ku. Uang yang orangtuaku beri selalu pas-pasan dan sudah di perhitungkan dengan tepat. Jadi kalo ingin ada uang sisa di saku ku, aku harus berhemat atau setidaknya tidak makan siang di tempat kerja.
Saat aku berjalan menuju pintu keluar dan menuju ke arah tempat biasa bapakku menjemputku, aku sangat berharap bapakku sudah ada disana dengan jaket tebalnya dan masker kupu-kupunya.
Tap..tap..tap..tap..!
Suara sepatuku berdetap saat berlari dengan rasa khawatir.
"Yoooshh... bapak belum ada kaaaan ðŸ˜, gimana iniiii.." gerutuku kesal.
Langsung saja aku mengambil ponselku dan kembali mencoba menelepon orang rumah.
Dan yang terdengar masih suara operator perempuan yang menyebalkan.
"Neng, mau kemana neng..hayu neng ngojek aja neng!!!" Ajak salah satu ojek pangkalan yang selalu mangkal di area stasiun itu.
"Enggak bang, mau dijemput" jawabku singkat.
"Udah jam segini mah mana dijemput neng, udah tidur kali neng, ayolah sama abang aja." Timpal abang ojek yang menurutku sangat membuat tidak nyaman dan menambah rasa cemasku saat itu.
Aku sangat ingat pesan mamah dan bapakku untuk tidak naik ojek saat pulang malam karena pada saat itu sedang marak sekali terjadinya kasus penculikan dan pemerkosaan.
"Tiiin..tiinnn...tiinn.."
Terdengar suara klakson motor yang sangat lemah dengan sorotan lampu yang sangat redup dari ujung jalan. Terlihat olehku motor tua dengan sosok laki-laki paruhbaya diatasnya dibalut dengan jaket tebal yang usang dan masker kupu-kupu andalannya. Ya, itulah bapakku.
"Tehh..tehhh..duhh bapak sama mamah ketiduran nungguin telepon teteh dari jam 8 gak ada aja, kirain pulang jam 1 lagi" ucap bapakku saat menghampiriku dengan motor tuanya.
"Icha tadi abis selesai sift tidur dulu pak di mess, trus sengaja nungguin kereta sepi dulu, soalnya biar bisa duduk pak, udah capek banget soalnya." jawabku lemas
"ohhh..yaudah atuh hayu pulang" Timpal bapakku dengan logat bahasa Tangerangnya yang kental.
Setibanya dirumah sekitar jam 11.00 pm.
Benar saja, mamah dan adikku sudah sangat pulas tertidur, karena pada saat itu mamah juga seorang pekerja buruh pabrik sekaligus ibu rumah tangga, jadi sangat lebih lelah baginya untuk menambah ekstra waktu menungguku pulang kerumah.
Seperti biasa, dirumah kontrakan ini kita semua tidur secara bersama diruang tengah dengan alas kasur busa dan beberapa kasur lantai seadanya yang disejajarkan dengan beberapa bantal dan guling yang sudah menua bahkan ada beberapa bantal dan guling yang katanya seusia denganku. Wahh..kebayangkan betapa nyamannya bantal dan guling yang sudah tua itu saat dipakai.
"Teh, udah pulang?" Tanya mamahku dengan nada lirih dan sangat lelah sepertinya.
"Udah mah, barusan." Jawabku sambil berganti pakaian dengan pakaian tidur.
"Udah makan belum? noh ada Chicken dilemari disisain sama dede buat teteh makan katanya."Lanjut mamahku.
"Iya mah, ini mau makan."jawabku sambil berjalan menuju dapur.
Adikku ini memang sangat suka sekali dengan goreng ayam yang diselimuti tepung alias "chicken". Karena semua anggota dirumah ini jarang ada yang dirumah, jadi untuk makanan sehari-hari kita lebih sering beli diluar dan dimakan bersama dirumah, biasanya mamah beli lauk pauk di warteg atau beli chicken kesukaan adikku.
(Bersambung)
No comments:
Post a Comment