Thursday, October 25, 2018

Part 2


Tepat pada pukul 5.46 aku tiba di stasiun tujuanku, stasiun Palmerah. Aku segera mengeluarkan kartu multi trip ku dan menempelkannya di mesin tap out, kemudian berjalan menuju pintu keluar barat dan menyebrang menuju arah pasar palmerah. Pada saat itu stasiun palmerah masih dalam keadaan belum di renovasi dan belum tersedia jembatan penyebrangan khusus.
Stasiun Palmerah sebelum di renovasi
Oh ya,  kali ini aku berjalan bersama cici, temanku. Biasanya cici juga bersama ayahnya dan teman-teman ayahnya, tapi kali ini ayahnya dan temannya itu mampir sejenak di salah satu warung tegal (warteg) pinggir pasar palmerah untuk sarapan terlebih dahulu. Aku dan cici bergegas menuju bahu jalan untuk menunggu angkot M11/M09 menuju arah Slipi, setelah sekian lama aku dan cici menunggu angkot akhirnya datang juga dan kita segera naik, sekitar 5 menit di perjalanan kita berpisah, aku berhenti di salah satu gang yang biasa di sebut gang Sekolah Regina Pacis, karena memang di gang tersebut terdapat beberapa bangunan sekolah yang sangat luas namun terhimpit beberapa gedung perusahaan dan gedung apartemen. Sedangkan cici temanku masih harus meneruskan perjalanannya menuju kantornya saat itu di Dinas Pertamanan Jakarta Selatan.

Sore hari waktu menunjukkan pukul 17.00 wib. Saat itu aku sudah selesai bekerja di sift pertamaku dan lanjut sift berikutnya oleh teman-temanku yang lain.
"Cha lu mau balik jam berapa?" tanya salah satu rekan kerjaku.
"Ahh, bentaran dulu kak, gue masih capek, hari ini toko rame banget, area sales aja berantakan banget, gue kewalahan dan jam segini tuh di stasiun palmerah pasti bejubel kak..gue mau tiduran bentar, nanti adzan maghrib bangunin gue yah kak !" jawabku dengan nada lirih dan setengah memejamkan mata.
"lu mah kebiasaan balik malem mulu, emang kaga di khawatirin apa sama orangtua lu?" tanya temanku penasaran.
"kaga kak tutiiii...mereka udah biasa liat gue berangkat kerja gelap pulang gelap..udah ah gue ngantuk banget lumayan ada waktu satu jam buat gue tidur, biar gue nanti kuat berdiri di kereta kak." jawabku lagi.
"iyee..iyee...yaudah dah gue lanjut kerja yak." timpalnya sambil pergi meninggalkanku yang sedang terbaring didalam mess toko.

Kak Tuti ini salah satu atasanku di toko, saat itu jabatannya sebagai Asisten Kepala Toko (Acos). Dia salah satu atasan sekaligus teman yang sangat mengerti dan tahu betul keadaanku, setiap hari dia selalu menanyakan apakah aku sudah makan atau belum, makan apa dan dimana. Ya, peran dia memang seperti kakakku juga yang sering sekali berbagi makanan dan minuman kepadaku, sifatnya yang sangat cerewet, gesit, jail, perhatian, tulus dan periang membuatku sangat nyaman untuk berteman dan bekerja bersamanya, pokonya teman terbaik yang pernah aku kenal di Jakarta.

Kak Tuti 
"Cha..cha..ICHAAAA banguuuuuun" teriak suara kak tuti yang sangat nyaring dan berisik.
"Ya Allah kak tutiii..gue gak sebudeg ituuu kalii lu biasa ajeee." jawabku kesal karena sangat kaget mendengar suaranya yang sangat melengking.
"Hahaha.. lagian lu PEA banget dah, betah banget di toko, orang yang rumahnya deket aja udah ngacir dari jam 4 teng dari toko, lah elu yang rumahnya jauh nyebrang hutan dan lautan jam segini masih molor di toko..hahaha." timpalnya meledekku dan itu sudah menjadi hal yang biasa aku dengar.

Di tempat kerja, saat itu memang hanya aku yang memiliki domisili terjauh dari toko tempatku bekerja. Dan aku salah satu orang yang paling rajin buka toko paling pagi tapi paling malas untuk pulang, karena di jam waktu pulang kerja itu selalu padat sekali di kereta, membayangkannya saja sudah lemas duluan, hehe.

(Bersambung)




No comments:

Post a Comment