Wednesday, October 31, 2018

Part 3


Malam itu pada pukul 7.30 pm.
Aku keluar dari tempat kerjaku dan berjalan menuju Stasiun Palmerah, dari jarak kurang lebih 100 meter terdengar suara klakson Commuter Line yang sangat keras, dan sang announcer PPKA pun sudah menyebutkan Semboyan Lima yang artinya kereta sudah diperbolehkan untuk berangkat.

"Hosshh...ketinggalan dah gw" gerutuku pelan, yang saat itu baru saja sampai di pintu masuk stasiun.
Saat itu suasana stasiun Palmerah terlihat  sedikit sepi karena kereta Commuter Line yang baru saja lewat sudah 85% berhasil membawa penumpangnya masuk kedalam.

"15 menitan lagi kereta berangkat dari stasiun Tanah abang, yoshh, pasti masih rame banget nih, naik gak yaaa, atau nunggu sampe sepi dulu kali ya.." gumamku dalam hati sambil bersandar diujung peron tepat dibawah lampu stasiun yang sedikit redup.

Aku memang sudah terbiasa berjalan sendirian kemanapun yang aku mau, selama aku masih merasa aman dan nyaman aku akan tetap berjalan sendirian. Karena menurut aku, berjalan sendiri itu bukan suatu hal yang dianggap kesepian, berjalan kemanapun sendirian saat berada ditempat orang atau ditempat yang baru kita kunjungi itu suatu hal yang sangat menantang dan menyenangkan bagiku .

Bahkan sering sekali aku lupa waktu hanya karena ingin sendiri, menikmati suasana malam di area stasiun, mengamati orang banyak, mengamati kereta-kereta yang melintas, mendengarkan dengan jelas suara announcer yang memberitahukan informasi tentang keberangkatan kereta selanjutnya, melihat petugas Cleaning Service membersihkan area stasiun, memperhatikan cara kerja petugas PKD di area peron stasiun, bahkan sampai hafal semua wajah PKD yang bertugas distasiun itu, kalau sampai larut malam biasanya aku mengajak ngobrol salah satu PKD paruhbaya yang sering duduk di area peron 1, sampai kami akrab dan dia sering berbicara banyak tentang keluarganya.

Setelah waktu menunjukan pukul 9.15 pm aku melihat suasana di area stasiun sudah sangat sepi, inilah keadaan yang sangat aku sukai. Kereta pun datang dari arah Stasiun Tanah abang dengan melaju sangat cepat.
"Pak, Saya naik kereta ini yaa, kayaknya udah sepi deh." ucapku kepada bapak PKD yang dari tadi mengobrol denganku.
"Oh iya neng, hati-hati ya neng dijalannya." Jawab bapak PKD paruhbaya itu sambil berdiri dan mengamankan area peron.
Aku mengangguk dan tersenyum sambil melangkah menuju gerbong 3 kereta dari belakang, Ya seperti yang pernah aku bilang gerbong 3 adalah gerbong kesukaanku.

"Nomor yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan...blablablabla" Suara operator perempuan dari salah satu provider yang aku hubungi terdengar sangat lembut dan manis namun sangat menjengkelkan bagiku pada malam itu.

"duhh..kok nomor mamah gak aktif ya, bentar lagi udah mau sampe serpong nih" Cemasku.

Karena sudah menjadi suatu kebiasaanku saat dalam perjalanan pulang harus mengabari orang rumah sebelum sampai distasiun akhir, biasanya bapakku lah yang menjemputku di stasiun akhir perjalananku yaitu stasiun Parungpanjang.

Berulang kali aku menghubungi orang rumah dan masih tetap terdengar suara perempuan yang menyebalkan.
Setibanya distasiun Parungpanjang pada pukul 10.20 pm. Kecemasanku semakin menjadi-jadi, karena kalau sampai bapakku tidak menjemputku, aku tidak tahu harus pulang dengan apa dan siapa. Karena saat pulang kerja, aku jarang sekali mendapatkan uang lebih di saku ku. Uang yang orangtuaku beri selalu pas-pasan dan sudah di perhitungkan dengan tepat. Jadi kalo ingin ada uang sisa di saku ku, aku harus berhemat atau setidaknya tidak makan siang di tempat kerja.

Saat aku berjalan menuju pintu keluar dan menuju ke arah tempat biasa bapakku menjemputku, aku sangat berharap bapakku sudah ada disana dengan jaket tebalnya dan masker kupu-kupunya.

Tap..tap..tap..tap..!
Suara sepatuku berdetap saat berlari dengan rasa khawatir.

"Yoooshh... bapak belum ada kaaaan 😭, gimana iniiii.." gerutuku kesal.
Langsung saja aku mengambil ponselku dan kembali mencoba menelepon orang rumah.
Dan yang terdengar masih suara operator perempuan yang menyebalkan.

"Neng, mau kemana neng..hayu neng ngojek aja neng!!!" Ajak salah satu ojek pangkalan yang selalu mangkal di area stasiun itu.

"Enggak bang, mau dijemput" jawabku singkat.
"Udah jam segini mah mana dijemput neng, udah tidur kali neng, ayolah sama abang aja." Timpal abang ojek yang menurutku sangat membuat tidak nyaman dan menambah rasa cemasku saat itu.
Aku sangat ingat pesan mamah dan bapakku untuk tidak naik ojek saat pulang malam karena pada saat itu sedang marak sekali terjadinya kasus penculikan dan pemerkosaan.

"Tiiin..tiinnn...tiinn.."

Terdengar suara klakson motor yang sangat lemah dengan sorotan lampu yang sangat redup dari ujung jalan. Terlihat olehku motor tua dengan sosok laki-laki paruhbaya diatasnya dibalut dengan jaket tebal yang usang dan masker kupu-kupu andalannya. Ya, itulah bapakku.

"Tehh..tehhh..duhh bapak sama mamah ketiduran nungguin telepon teteh dari jam 8 gak ada aja, kirain pulang jam 1 lagi" ucap bapakku saat menghampiriku dengan motor tuanya.
"Icha tadi abis selesai sift tidur dulu pak di mess, trus sengaja nungguin kereta sepi dulu, soalnya biar bisa duduk pak, udah capek banget soalnya." jawabku lemas
"ohhh..yaudah atuh hayu pulang" Timpal bapakku dengan logat bahasa Tangerangnya yang kental.

Setibanya dirumah sekitar jam 11.00 pm.
Benar saja, mamah dan adikku sudah sangat pulas tertidur, karena pada saat itu mamah juga seorang pekerja buruh pabrik sekaligus ibu rumah tangga, jadi sangat lebih lelah baginya untuk menambah ekstra waktu menungguku pulang kerumah.

Seperti biasa, dirumah kontrakan ini kita semua tidur secara bersama diruang tengah dengan alas kasur busa dan beberapa kasur lantai seadanya yang disejajarkan dengan beberapa bantal dan guling yang sudah menua bahkan ada beberapa bantal dan guling yang katanya seusia denganku. Wahh..kebayangkan betapa nyamannya bantal dan guling yang sudah tua itu saat dipakai.

"Teh, udah pulang?" Tanya mamahku dengan nada lirih dan sangat lelah sepertinya.
"Udah mah, barusan." Jawabku sambil berganti pakaian dengan pakaian tidur.
"Udah makan belum? noh ada Chicken dilemari disisain sama dede buat teteh makan katanya."Lanjut mamahku.
"Iya mah, ini mau makan."jawabku sambil berjalan menuju dapur.

Adikku ini memang sangat suka sekali dengan goreng ayam yang diselimuti tepung alias "chicken". Karena semua anggota dirumah ini jarang ada yang dirumah, jadi untuk makanan sehari-hari kita lebih sering beli diluar dan dimakan bersama dirumah, biasanya mamah beli lauk pauk di warteg atau beli chicken kesukaan adikku.

(Bersambung)

Thursday, October 25, 2018

Part 2


Tepat pada pukul 5.46 aku tiba di stasiun tujuanku, stasiun Palmerah. Aku segera mengeluarkan kartu multi trip ku dan menempelkannya di mesin tap out, kemudian berjalan menuju pintu keluar barat dan menyebrang menuju arah pasar palmerah. Pada saat itu stasiun palmerah masih dalam keadaan belum di renovasi dan belum tersedia jembatan penyebrangan khusus.
Stasiun Palmerah sebelum di renovasi
Oh ya,  kali ini aku berjalan bersama cici, temanku. Biasanya cici juga bersama ayahnya dan teman-teman ayahnya, tapi kali ini ayahnya dan temannya itu mampir sejenak di salah satu warung tegal (warteg) pinggir pasar palmerah untuk sarapan terlebih dahulu. Aku dan cici bergegas menuju bahu jalan untuk menunggu angkot M11/M09 menuju arah Slipi, setelah sekian lama aku dan cici menunggu angkot akhirnya datang juga dan kita segera naik, sekitar 5 menit di perjalanan kita berpisah, aku berhenti di salah satu gang yang biasa di sebut gang Sekolah Regina Pacis, karena memang di gang tersebut terdapat beberapa bangunan sekolah yang sangat luas namun terhimpit beberapa gedung perusahaan dan gedung apartemen. Sedangkan cici temanku masih harus meneruskan perjalanannya menuju kantornya saat itu di Dinas Pertamanan Jakarta Selatan.

Sore hari waktu menunjukkan pukul 17.00 wib. Saat itu aku sudah selesai bekerja di sift pertamaku dan lanjut sift berikutnya oleh teman-temanku yang lain.
"Cha lu mau balik jam berapa?" tanya salah satu rekan kerjaku.
"Ahh, bentaran dulu kak, gue masih capek, hari ini toko rame banget, area sales aja berantakan banget, gue kewalahan dan jam segini tuh di stasiun palmerah pasti bejubel kak..gue mau tiduran bentar, nanti adzan maghrib bangunin gue yah kak !" jawabku dengan nada lirih dan setengah memejamkan mata.
"lu mah kebiasaan balik malem mulu, emang kaga di khawatirin apa sama orangtua lu?" tanya temanku penasaran.
"kaga kak tutiiii...mereka udah biasa liat gue berangkat kerja gelap pulang gelap..udah ah gue ngantuk banget lumayan ada waktu satu jam buat gue tidur, biar gue nanti kuat berdiri di kereta kak." jawabku lagi.
"iyee..iyee...yaudah dah gue lanjut kerja yak." timpalnya sambil pergi meninggalkanku yang sedang terbaring didalam mess toko.

Kak Tuti ini salah satu atasanku di toko, saat itu jabatannya sebagai Asisten Kepala Toko (Acos). Dia salah satu atasan sekaligus teman yang sangat mengerti dan tahu betul keadaanku, setiap hari dia selalu menanyakan apakah aku sudah makan atau belum, makan apa dan dimana. Ya, peran dia memang seperti kakakku juga yang sering sekali berbagi makanan dan minuman kepadaku, sifatnya yang sangat cerewet, gesit, jail, perhatian, tulus dan periang membuatku sangat nyaman untuk berteman dan bekerja bersamanya, pokonya teman terbaik yang pernah aku kenal di Jakarta.

Kak Tuti 
"Cha..cha..ICHAAAA banguuuuuun" teriak suara kak tuti yang sangat nyaring dan berisik.
"Ya Allah kak tutiii..gue gak sebudeg ituuu kalii lu biasa ajeee." jawabku kesal karena sangat kaget mendengar suaranya yang sangat melengking.
"Hahaha.. lagian lu PEA banget dah, betah banget di toko, orang yang rumahnya deket aja udah ngacir dari jam 4 teng dari toko, lah elu yang rumahnya jauh nyebrang hutan dan lautan jam segini masih molor di toko..hahaha." timpalnya meledekku dan itu sudah menjadi hal yang biasa aku dengar.

Di tempat kerja, saat itu memang hanya aku yang memiliki domisili terjauh dari toko tempatku bekerja. Dan aku salah satu orang yang paling rajin buka toko paling pagi tapi paling malas untuk pulang, karena di jam waktu pulang kerja itu selalu padat sekali di kereta, membayangkannya saja sudah lemas duluan, hehe.

(Bersambung)




Wednesday, October 24, 2018

Part 1

Saat itu pada tahun 2014.

Kring...kring...kring..
Alarm berbunyi pada pukul 3.30 am. "Teh..tehh..banguun..alarm noh bunyi" seru mamaku saat membangunkanku yang saat itu tidur tepat disampingku. Mama memang selalu tidur disampingku, adikku dan bapakku juga selalu disampingku. Ya, kita semua tidur bersama dalam satu ruangan, itu karena kami hanya tinggal disebuah rumah kontrakan yang hanya berukuran kurang lebih 4 x 12m. 

Seperti biasa aku selalu bangun lebih awal dirumah ini, karena pada saat itu aku sedang bekerja disalah satu perusahaan retail yang jam kerjanya harus sangat pagi sekali. Setelah mama membangunkanku, mama kembali tidur  dan aku pun bergegas pergi ke kamar mandi dan bersiap-siap. 

"mah..mah..icha mau berangkat nih, minta ongkosnya mah.." rengekku kepada mamaku saat minta ongkos untuk berangkat kerja. 
"ambil aja di tas mama yang digantung dibagian resleting dalem" singkat mama seperti biasa dan masih dengan mata terpejam. 
Setelah berhasil merogoh tas mamaku dan mengambil ongkos aku pun berjalan keluar rumah dengan langkah sangat cepat dan segera menuju ke terminal angkutan umum, dalam hati selalu berharap "Ya Allah semoga angkotnya gak ngtem lama" karena pada saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 4.15 dan aku harus mengejar jadwal keberangkatan kereta Commuter Line (KRL) Parungpanjang-Tanah Abang pada pukul 4.46.
Saat sesampainya di terminal sangat kebetulan sekali angkotnya sudah mau berangkat dan aku langsung saja naik, perjalanan menuju stasiun kereta memakan waktu 20 menit, masih ada waktu 11 menit untuk mengejar jadwal keberangkatan kereta saat itu.

Tepat didepan pintu masuk stasiun Parungpanjang aku berlari dan segera melewati mesin tap in untuk segera melewati peron jalur 3 dan segera memasuki gerbong favoritku yaitu gerbong 3 dari belakang, alasanku menyukai gerbong ini karena di gerbong ini aku selalu bertemu dengan orang yang sama setiap harinya dan hampir 80% penumpang di gerbong 3 ini turun di stasiun yang sama denganku yaitu stasiun Palmerah. Aku mengenal beberapa orang di gerbong ini karena sangat seringnya aku duduk disamping mereka, aku juga bisa tidur dengan sangat nyenyak saat diperjalanan karena mereka yang mengenalku selalu membangunkanku saat aku terlelap dibangku kereta begitupun sebaliknya aku selalu melakukan hal yang sama kepada mereka. 

"Hei cha disini nihh..!!!" teriak salah satu orang yang aku kenal di gerbong itu. Wah ternyata mereka menyisakan ruang untuk aku duduk di gerbong itu, "makasih yaa cii..hehe" jawabku dengan senyum kecil ketika menghampiri temanku " kok tumben udah jam segini baru dateng cha?" tanya cici.
"iya nih ci, tadi sebel banget angkotnya  pelan banget dijalan mentang-mentang masih pagi, blablablabla" gerutu kekesalanku saat itu.

(Bersambung)