Malam ini entah kenapa jari-jariku sedang ingin menari-nari..dan aku teringat kelanjutan dari cerita Rumah Sempitku di blog ini.. ya walaupun alurnya tidak jelas dan tidak beraturan yaa.. karena misi ku saat awal menulis di blog ini hanya ingin berbagi kisah pribadiku yang mungkin bisa kalian petik hikmahnya dan dipelajari dalam kehidupan kalian..jadi mohon maaf sekali jika tulisan ini membuat kalian bingung .. ehe.
Oh iya .. di Part sebelumnya yaitu di Part 7 aku menceritakan awal mula hancurnya kehidupanku. Mungkin kalian bingung, kenapa disini aku malah menuliskan hal itu..hal yang menurut orang lain harus disembunyikan dan di tutup rapat.
Kembali lagi pada misi awal aku menulis di blog ini yaitu hanya ingin berbagi jikapun ada yang bisa kalian petik hikmahnya saya sangat bersyukur karena artinya tulisan saya dapat bermanfaat bagi kalian, jadi tolong jangan beranggapan aku ingin menjelek-jelekkan keluargaku sendiri yaa..dan buat teman-teman dekatku yang dulu sering sekali melihat postingan-postingan galauku di facebook lalu sering bertanya ada apa dan kenapa..mungkin tulisan ini akan menjawab semua pertanyaan kalian.
Okee.. baiklah..
Malam itu pada pukul 21.23pm.
Aku mendapati mamaku sedang duduk di kursi teras bersama tanteku.
"Assalamualaikum.." Salamku.
"Waalaikumsalam.." jawab mereka berbarengan.
"ehh udah pulang neng icha.. " tanteku menyapa.
Tapi aku langsung saja bersalaman dengan mereka dan tiba-tiba mama menahan lenganku disaat aku ingin masuk kedalam rumah, dari awal aku mengetahui mamaku sering berbicara dengan tanteku dan seringnya mama pergi setelah pulang kerja, aku selalu bersikap dingin terhadap mama.. bicara pun seperlunya..seperti sudah tidak ada rasa apapun di keluarga ini..
Saat mama menahan lenganku.. mama bilang..
"Teh sini dulu bentar.. mama mau ngobrol sama kamu." ucap mama.
dan aku hanya diam dengan mimik muka masam.. lalu aku berdiri dihadapan mama.
"Sekarang kan kamu udah dewasa..udah 19 tahun.. udah ngertilah kalo mama ngomong kaya gini.. teteh tau kan setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan..? kamu juga udah tau situasi keluarga kita akhir-akhir ini kaya gimana.. mama harap kamu bisa nerima keputusan mama ya neng..kamu udah dewasa.." ucap mama.
Dan aku hanya jawab..
"Apaan sihh.."
Lalu masuk kedalam rumah dan menendang semua barang yang ada di hadapanku saat itu sembari menahan rasa berkecamuk entah rasa apa yang ada di kepala dan hatiku rasanya ingin menjerit dan berteriak..yang aku ingat aku menendang kipas angin sampai hancur dan membuat bapakku kaget saat itu.
lalu bapakku bilang..
"kenapa teh...hah .. ada apa pulang kerja nangis?" tanya bapakku kebingungan dan langsung mengikutiku.
"Tanya aja sono sama mamah..kalian emang udah gak peduli sama anak. EGOISS"
Yaa..sungguh.. itulah perkataan dan situasi yang masih aku ingat dan membekas sampai sekarang.
Setelah aku berhasil meredakan emosiku..aku segera menghampiri adikku yang sedari tadi terlihat diam saja. Aku rasa dia tertidur.. Ya dia tertidur dengan sisa air mata yang membekas di pipinya. Karena aku pun tahu..adikku sudah bisa ikut merasakan apa yang sedang terjadi di keluarga ini..
diwaktu yang sama akupun ikut tertidur...
Pagi harinya..
"Pak..mama udah berangkat kerja?" tanyaku kepada bapakku yang sedang di kamar mandi.
"Iya udah .. " lalu terdiam.
"Teh..diatas meja ada surat dari mama..baca aja"
Seketika suhu darahku seperti tiba-tiba naik..jantungku berdebar kencang lalu melangkahkan kaki menuju meja seperti yang bapakku bilanga.
Dan isi suratnya..
Aku sudah tidak ingat terlalu jelas isi seluruh suratnya...yang aku tahu intinya adalah.. surat permohonan cerai dari mamaku kepada bapakku.
JLEBB...
Pecah tangisku.
Remuk batinku.
Kecewa rasaku.
(Sebelum mama menulis surat itu...aku dan mama sempat bertengkar hebat dirumah saat aku berusaha membela bapakku..aku bertengkar dengan mama karena memang ada hal yang sangat tidak aku suka dan sudah bisa dibilang melampaui batas tapi hal itu tidak akan aku ceritakan disini. maaf ya..)
Tapi ada hal yang membuat aku sedikit tegar...yaitu melihat kesabaran dan ketegaran bapakku saat menghadapi situasi seperti ini. Bapak masih tetap rajin beribadah, giat bekerja, dan masih sering bercanda dengan aku juga adikku..padahal aku sangat tahu apa yang bapakku rasakan.
Setelah mama menulis surat itu.. mama sempat pulang kerumah untuk membawa semua pakaian mama tapi disaat aku tidak ada dirumah.
Hari demi hari aku lalui bersama bapakku dan adikku.
Ya..saat itu akhirnya kita hanya tinggal bertiga di Rumah Sempit yang dulunya sangat terlihat tentram dengan kehadiran seorang ibu. Saat ini kita tinggal bertiga dirumah ini..tidak ada lagi suara mama saat menyuruhku ke warung..tidak ada lagi suara mama memarahiku saat aku menjaili adikku..tidak ada lagi pertanyaan mama yang selalu terlihat ingin tahu disaat aku pulang diantar seorang laki-laki..tidak ada lagi yang merapihkan baju-baju aku,,adikku dan bapakku..
Rumah terlihat sangat kotor dan selalu berantakan...pakaian kotor menumpuk disana-sini..
piring-piring kotor mengering tiga hari tak di cuci..kamar mandi terasa licin saat diinjak..debu disana-sini..Rice Cooker entah sudah berapa lama tidak di nyalakan dengan sedikit sisa nasi beberapa hari lalu yang sudah mengering didalamnya..
Ahh aku sudah tidak kuat rasanya menjalani situasi ini.
dan ternyata sikap tegar bapakku lama-lama memudar..
akhir-akhir ini aku sering sekali mendengar suara tangis bapakku di sepertiga malam..entah doa apa yang bapak panjatkan malam itu sampai tidak sanggup menahan isak tangisnya.
Seminggu berlalu...
Pagi itu pada pukul 08.15am di hari Minggu.
"Teh..teh..bangunn.." Adikku membangunkanku.
"Iyaaa..ini banguunn.." dengan mata setengah memejam.
"ishh banguuunn..nihh ada surat nihh dede gabisa baca tulisannya brgitu" jelas adikku.
"hah..surat apa dek?" aku langsung begitu saja terbangun kaget.
Ternyata adikku menemukan secarik surat diatas kulkas dari bapakku yang isinya...
Akan aku tulis kembali..
"Kalau bapak nggak pulang Akbar titipin di bi wati..bapak mau menenangkan pikiran dulu..jangan panik bapak nggak apa-apa..cuma mau menenangkan pikiran doang.. kalaupun bibi wati tau jangan ngebel aki biarin aja.. udah ya jangan cemas..bapak nggak apa-apa"
Seperti itulah isi surat yang bapakku tulis..bapakku pergi meninggalkan kita berdua dirumah ini.. aku dan adikku hanya bisa menangis dan bingung mau kemana..
Sampai saat ini masih aku simpan rapi dan sebenarnya masih ada beberapa surat lagi tapi tidak bisa aku publish disini karena memang ada hal yang tidak seharusnya kalian tahu dari surat-surat lainnya.
Mohon maaf banget aku udah gak kondusif nih nulisnya..dari tadi sambil ngusap air mata terus..
lanjut nanti ya..
Terimakasih untuk yang sudah mau membaca tulisan buruk ini.
Xiexie Da jiao..