Sunday, December 23, 2018

Part 6

kriiing..kriiing..kriiing.. ponselku berdering.

"Hallo Assala..." jawabku saat mengangkat telepon.

"Cha lagi dimana sekarang ? kerja gak ?" sambung pamanku setelah berhasil memotong salamku.

"emmmh.. lagi dirumah mang, masuk siang, ada apa mang?" tanyaku penasaran. (mamang adalah sebutan untuk pamanku dalam bahasa sunda)

"Nanti pulang kerja langsung kesini aja yaa..temenin oyot dirumah, soalnya mamang mau pergi ke Bandung besok pagi. mau dijemput gak pulangnya ke stasiun?" lanjut pamanku. (oyot adalah sebutan untuk nenek di keluargaku).

"Ohh..iya mang nanti pulang kerja langsung kesana, nanti dianterin sama bapak aja lah mang, tapi icha pulang bisa sampe jam 1-an sampe sana, kalo bisa mamang jangan dulu tidur ya." timpalku menjelaskan.

"oh iya yaudah, sipp." singkat pamanku.

"emang mamang ...........tutt..tutt...tutt..."
Ternyata panggilan telepon dari pamanku sudah diakhiri begitu saja, yaa begitulah pamanku.

Pamanku ini adalah anak terakhir dari nenekku, dia adalah adik kandung dari bapakku, ciri-ciri nya memiliki rambut keriting, bola mata berwarna cokelat, bermata sipit, berkulit putih, tinggi, dan tampan. HAHAHA. Enough !

Pamanku tinggal bersama nenekku, saat itu pamanku bekerja disalah satu Pabrik Sepatu yang cukup terkenal di Tangerang. Pamanku seorang Mekanik Mesin yang sangat handal sekali, karena sebab itu dia salah satu karyawan yang di percayai atasannya untuk membantu mekanik di perusahaan lain di daerah Bandung untuk beberapa bulan, saat itulah peranku dimulai untuk selalu siap sedia menemani nenekku saat paman sedang diluar kota. Pamanku selalu mengandalkan aku untuk hal itu, padahal keponakannya cukup banyak sekali selain aku, tapi disaat-saat seperti itu nama aku lah yang pertama kali dia cari di handphonenya.

"Mah..mah..icha nanti pulang kerja mau langsung kerumah oyot yaa, tadi mamang nelepon, besok mau ke Bandung lagi katanya." ceritaku kepada mamah.

"Ohh iyaaa...mamang kamu emang harus kesana lagi, tadi mandor mamah di pabrik juga cerita, yaudah sana siap-siapin aja bajunya, nanti malem pas bapak kamu ngejemput dibawain sekalian."jawab mamahku.

Mamahku dan pamanku memang bekerja di perusahaan yang sama namun dengan profesi yang berbeda, maka dari itu mamahku selalu tahu kabar apapun mengenai pamanku.

Sebenarnya untuk menginap dirumah nenekku ini cukup berat sekali, banyak hal yang harus aku persiapkan seperti,

  • Harus siap tidur sendirian ( karena kamar nenekku menggunakan "kelambu" aku tidak bisa tidur menggunakan kelambu karena pernah mengalami hal mistis tentang kelambu saat aku kecil, maka dari itu aku memilih tidur sendiri dikamar pamanku..hehe)
  • Ke kamar mandi sendirian  (ini enggak banget sih, soalnya kamar mandi dirumah nenekku cukup luas dan cukup angker)
  • Jarak tempuh yang sangat jauh dari rumah nenekku menuju Stasiun, sehingga aku harus menaiki ancot dua kali untuk menuju stasiun saat berangkat kerja.
  • Bangun pagi lebih awal dari nenekku (biasanya kalo dirumah aku selalu ekstra malas-malasan hehe) dan,
  • Gak bisa berantem sama adikku tersayang.
Rumah nenekku ini memang jauh lebih nyaman dibandingkan dengan rumah kontrakan yang keluargaku tinggali, yang biasanya aku, adikku dan orangtuaku selalu berkumpul diruangan yang sama setiap harinya karena memang hanya ruangan itu yang cukup menampung sampai empat orang, tapi lain dengan rumah nenekku. 

Tapi disisi lain, rumah nenekku ini cukup terkenal ANGKER oleh tetangga sekitar, awalnya aku tidak pernah menggubris perkataan mereka, tapi lama-kelamaan aku sendiri yang mengalami hal-hal aneh itu dirumah nenekku.

Disaat malam tiba, aku selalu melakukan ritual khusus agar bisa tertidur dengan nyaman, yaitu mengencangkan volume Televisi, memakai earphone dan play musik sekencang-kencangnya dikamar pamanku yang aku tiduri, kelihatannya memang sangat mengganggu dan tidak layak untuk dilakukan sebelum tidur, tapi untuk yang kesekian kalinya ini adalah cara yang paling ampuh untuk bisa membawaku tidur, karena sebelum aku mengenal ritual aneh ini, setiap malam aku pasti mendengar suara-suara aneh seperti suara tangisan perempuan, suara seperti kuda bercekikik, dan suara-suara barang yang bergerak, ditambah dengan kamar tengah yang tidak ditempati dan selalu dikunci saat pamanku pergi
Maka dari itu aku selalu melakukan hal itu sebelum aku tidur. Tapi anehnya nenekku tidak pernah mengalami hal mistis apapun dirumah itu.
Aku juga pernah bermimpi melihat sosok makhluk bertubuh besar, dipenuhi bulu-bulu yang hitam dan berwajah menyeramkan berdiam di sudut bak kamar mandi yang kosong, awalnya aku hanya mengira itu hanya mimpi buruk saja, tapi ternyata saat ada salah satu keluarga nenekku yang sedang berkunjung kerumah ini, memang benar adanya sosok makhluk itu menempati kamar mandi nenekku dan dengan posisi yang sama persis dengan mimpiku, itu karena dia mampu melihat makhluk seperti itu, dikamar tengah juga ada penunggunya ternyata, katanya sih nenek-nenek, jadi selama ini aku nemenin dua nenek-nenek sekaligus dirumah ini.. Wagilasihhh...

Dan pada saat itu, orang yang berani menempati kamar pamanku hanya aku, keluargaku yang lainnya tidak pernah mau masuk sekalipun ke kamar pamanku itu, karena memang suhu ruangan yang sangat berbeda dengan kamar nenekku, juga karena kamar pamanku itu sering sekali kosong.
Saat ada keluargaku yang menginap dirumah nenekku, mereka lebih memilih untuk tidur diruang tengah dengan beralaskan kasur lantai saja.

(Bersambung)




Thursday, December 6, 2018

Part 5

Kali ini aku akan sedikit bercerita tentang proses awal mula bertemu dan akhirnya kenal dengan Pak Agus (part 4).

Malam itu pada pukul 22.28 wib di Stasiun Palmerah.
Seperti biasa, sembari menunggu kereta KRL datang, aku selalu duduk bersandar dibawah lampu peron yang terlihat sedikit redup sambil memantau pesan BBMassanger yang masuk, atau sekedar melihat news feed di akun Facebookku. Alasanku yang selalu duduk bersandar dibawah lampu itu hanya karena biasanya tidak banyak orang yang menunggu ditempat itu karena sama sekali tidak tersedia bangku untuk duduk, tapi bagiku itu bukan masalah, yang terpenting adalah aku bisa duduk dan dapat sedikit meregangkan otot kakiku yang sedikit menegang tak peduli dimanapun tempatnya. 

"Hossh..Tumben bener nih kereta belom dateng-dateng.." gerutuku cemas, karena melihat waktu sudah menunjukkan pukul 23.20, padahal seharusnya kereta tiba pukul 22.46, delay 34 menit.

Sebelum aku menanyakan perihal keterlambatan kereta KRL kepada PKD area peron, aku sudah terlebih dahulu mendengarkan desas desus calon penumpang lain yang menggerutu kesal di area peron.

"Tadi kata PKD nya, KRL yang jadwalnya jam 22.46 itu di cancel, ada kesalahan teknis di Stasiun Tanah Abang, dan ada dua rangkaian kereta yang terpaksa harus dibatalkan berangkat, jadi kereta jam 22.46 sama kereta jadwal terakhir itu gak akan lewat pak..tapi katanya masih ada kereta ekonomi yang ke Stasiun Rangkas Bitung sih pak.. itu juga seharusnya kereta ekonomi itu jadwalnya sebelum kereta KRL 22.46 datang..parah banget ya malem ini jadwal keretanya berantakan.. " 

Nah begitulah kira-kira isi percakapan beberapa calon penumpang KRL yang gagal malam itu.

Zzzzz...zzzz....zzzzzz....
Handphoneku bergetar.
terlihat tulisan "Mamahku Sayang memanggil"

"Hallo Assalamualaikum mahh.." menjawab telepon mamah.

"Teh..teteh masih dimana iniiii... bapak katanya udah nungguin teteh di stasiun parungpanjang dari jam sebelaas.." jawab mamahku spontan dengan penuh rasa khawatirnya.

"Ini masih di Stasiun Palmerah mah..Keretanya banyak gangguan..jadi ini lagi nunggu kereta ekonomi yang ke Rangkas Bitung mah..tungguin dulu gitu ke bapak yaa" timpalku mencoba menjelaskan.

"Kamu ada temen gak neng pulangnyaa ? awas ya inget jangan ketiduran di kereta loh.. nanti kebawa kamu ke rangkas" (Baca dengan nada emak-emak yang lagi khawatir dengan intonasi suara full volume) Tiba-tiba mamahku manggil aku dengan sebutan "neng", karena terbawa rasa khawatir yang tinggi.

"Sendirian mah, sama siapa lagi atuhh...gak ada yang kenal..iya tenang aja, naik kereta ekonomi mh mana bisa tidur mah" jawabku.

selanjutnya aku hanya mendengarkan mamahku mengoceh kesana kemari karena mengkhawatirkanku.

Ning nong nongg neng...neng nong nenng nenggg..

Terdengar Alarm Announcer di area stasiun dan di lanjut dengan suara Announcernya.

"Perhatikan di jalur satu dari arah Timur persiapan masuk kereta Terakhir Ekonomi Lokal tujuan akhir Stasiun Rangkas Bitung. Periksa dan teliti tiket serta barang bawaan anda dan pastikan tidak tertinggal, selalu menunggu di belakang garis aman peron demi keselamatan diri anda." (Suara Announcer)

"duhh..baru pertama kali nih jam segini naik kereta ekonomi, mudah-mudahan gak ada preman dan orang-orang aneh" cemasku dalam hati.

Saat itu aku memilih tempat duduk dengan posisi yang searah dengan lajunya kereta juga melihat situasi penumpangnya, saat itu aku mendadak seperti orang yang pandai menilai orang dengan melihat mimik mukanya. Aku memilih duduk dekat ibu-ibu yang sedang menggendong anak dan nampaknya dia orang baik. begitulah pikiranku. Tapi ternyata ibu-ibu itu turun terlebih dahulu dibandingkan aku, spontan agak sedikit kaget dan khawatir sih, tapi aku berusaha untuk tetap santai dan tidak gugup.

Saat itu aku mencoba melihat keadaan sekitar gerbong kereta ekonomi, sebenarnya aku sedang mencoba menghitung jumlah penumpang didalamnya sih..karena rasa khawatirku masih sangat tak terkendali.
Namun tiba-tiba, saat aku menoleh ke belakang kursi yang aku duduki sedari tadi, aku melihat dua orang laki-laki paruhbaya yang sepertinya sedari tadi sudah mengamatiku dari kursinya dibelakangku. Bentuk tubuh mereka berdua sungguh sangat membuatku takut dan berimajinasi seperti di sinetron-sinetron, ada yang bertubuh tinggi besar dan memiliki otot yang sangat kekar, berkulit coklat pekat, memakai topi yang biasa aku sebut "topi penjahat" (korban sinetron lagi) dengan kaos hitam oblong dan bercelana jeans gombrang berkantung banyak disetiap sisinya. Dan yang satunya berperawakan tubuh kecil dan berbadan kurus namun dengan warna kulit yang sama dan memakai topi biasa. Lebih khawatirnya, salah satu dari mereka tersenyum kepadaku.
Saat itu pula aku berusaha langsung mengalihkan pandanganku ku depan dan mengamankan barang bawaanku termasuk ponsel yang aku genggam saat itu. 

"Ya Allah semoga gak ada apa-apa" cemasku memuncak.

Kemudian...

"Neng, kok sendirian terus..?

(aku spontan menoleh kearah suara yang sepertinya bertanya kepadaku)
Dan ternyata memang benar, mereka berdua yang sedari tadi mengamatiku dari belakang nampaknya sekarang berpindah duduk tepat dihadapanku.

"hahh...eee...i.iyaa pak" jawabku pelan dengan nada penuh rasa ketakutan.
"Hoosshh..gimana iniiiii.." hatiku berbicara

"Kita mah tiap hari kalo pulang malem suka liat si neng terus pulang sendirian dari stasiu palmerah, pulangnya ke parungpanjang kan ya neng?" tanya salah satu dari mereka, tapi jika aku menilai dari nada suaranya, terdengar seperti orang baik-baik, dan aku pun mencoba memberanikan diri untuk terus menjawabnya.

"iya pak, ke parungpanjang, tapi rumahnya mh di legok pak, di jemput sama bapak." jawabku.

"oohh di legok, kirain orang parungpanjang, kenalin nih saya Agus, ini Muit, jangan takut-takut neng, kita mh kaga ngapa-ngapain..hahaha cuma tadi kesian aja liat neng sendirian apalagi naik kereta ekonomi begini." jawabnya.

Wah ternyata benar mereka kedengarannya seperti orang yang baik, karena di sela-sela pembicaraannya mereka selalu menyelipkan canda dan tawa, lalu tidak lama mereka memberitahukan pekerjaan mereka masing-masing kepadaku, alamat rumah dan banyak lagi yang mereka ceritakan kepadaku.

"neng emang suka pulang jam segini terus kalo malem? kalo sendirian aja mh pulangnya bareng kita aja yee kan muitt? soalnye kita juga biasanya pulang bareng ame yg lainnye, banyakan, cuma malem ini mh kaga ketemu." pak Agus berusaha membuat aku nyaman di dekat mereka.

"Oh iya pak In Shaa Allah kalo saya masuk sift 2 lagi.. :) " jawabku singkat namun agak sedikit merasa sudah nyaman dengan mereka.

Akhirnya kereta berhenti di Stasiun Parungpanjang tepat pukul 00.50 dan aku pun berpamitan dengan mereka.

"Pak saya duluan yaa.. :) " teriakku.
"iyaa neng..hati-hati neng dijalannya yak" sahut mereka hampir bersamaan.

Dengan langkah cepat dan setengah berlari aku segera mendekati kediaman bapakku yang entah sudah berapa jam menunggu kedatanganku saat itu diluar stasiun.
Yang lebih mengkhawatirkannya lagi, ternyata bapakku sampai tertidur diatas motor tuanya dengan posisi kedua tangan menahan kepala dan telungkup tepat diatas stang motor.

"Assalamualaikum..pakkk..pakkk...hehee..hayu pulang..maap yak pak.. :D" aku membangunkan bapakku.

"ehh...ehh.. (kaget) iya hayu teh..malem amatt lagian...bapak ngantuk banget..hayu" jawab bapakku dengan nada suaranya yang terdengar serak dan sayup.


(Bersambung)

Minceu lelah ngetiknya 😂